Kemarau Panjang, 871,85 Ha Sawah di Jatim Kekeringan

barometerjatim.com  |   Senin, 02 Okt 2017 11:30 WIB

LAHAN PADI KEKERINGAN: Kemarau panjang membuat lahan padi di Jatim seluas 871,85 hektar mengalami kekeringan. | Foto: Ist

SURABAYA, Barometerjatim.com Curah hujan yang rendah tahun ini membuat lahan padi di Jawa Timur seluas 871,85 hektare (ha) atau 0,11 persen dari total luas tanam mengalami kekeringan.

Baca juga: Jaga Produksi Pangan Dampak El Nino, Bupati Ipuk Instruksikan Dinas Terkait Pantau Debit Air Irigasi

Rinciannya, intesitas kekeringan ringan seluas 560 ha, kategori sedang seluas 151,85 ha, kategori berat 69,6 ha dan puso 90,4 ha.

Jika dirata-rata, curah hujan di Jatim berkurang hingga 35 persen dibanding tahun lalu yang hampir tidak tersentuh kemarau. Sedangkan jumlah hari hujan berkurang 28 persen dibanding tahun yang lalu.

Baca: 201 Desa Kekeringan, Solusi Pemprov Sebatas Dropping Air

Kondisi demikian berdampak adanya kekeringan pada tanaman padi di beberapa daerah, terang Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Hadi Sulistio, Senin (2/10).

Sejumlah daerah juga masuk kategori rawan, yakni Gresik, Tulungagung, Lamongan, Pacitan, Lumajang, Pamekasan, Ngawi, Sidoarjo, Mojokerto dan Bojonegoro.

Baca juga: Ironis! Desa Tak Jauh dari SPAM Umbulan Alami Kekeringan, Anwar Sadad ke Pemprov Jatim: Segera Dropping Air Bersih

Bahkan, lanjut Hadi, terdapat beberapa daerah rawan dengan curah hujan sangat minim. Yakni di Kabupaten Tulungagung dan semua kabupaten di Pulau Madura dengan curah hujan kurang dari 50 persen dibanding tahun yang lalu.

Selebihnya, hanya tiga kabupaten yang memiliki curah hujan relatif tinggi tinggi dibanding tahun yang lalu yakni Madiun, Nganjuk dan Ngawi.

Baca: September Puncak Kemarau, 201 Desa Didropping Air

Baca juga: Kemarau Panjang, Ribuan Warga Jatim Shalat Minta Hujan

Hadi melanjutkan, beberapa langkah telah dilakukan Dinas Pertanian untuk menyelesaikan masalah ini. Di antaranya melakukan pergiliran varietas/tanaman serta mendorong pelaksanaan spot stop dengan memaksimalkan penggunaan agens hayati sebagai upaya pengendalian sedini mungkin.

Lalu, melaksanakan gerakan pengendalian secepatnya pada sumber serangan secara terpadu dengan berbagai unsur di lapangan.

Bila terjadi puso, petani dapat mengajukan bantuan cadangan benih melalui Dinas Pertanian setempat serta pemanfaatan asuransi pertanian, pungkasnya.


Berita Terbaru

Berita Populer