Covid-19 Makin Melandai, Gus Hans Ajak Hidupkan Kembali Tradisi Salaman

Reporter : Roy Hasibuan  |   Minggu, 06 Mar 2022 21:32 WIB
TRADISI SALAMAN: Gus Hans, salaman tradisi mulia yang saatnya dihidupkan kembali. | Foto: Barometerjatim.com/IST

SURABAYA, Barometerjatim.com - Selama dua tahun terakhir, Covid-19 mengubah tradisi mulia bernama "salaman. Lantaran takut tertular, ada orang yang mengubahnya menjadi salam siku atau salam tinju, bahkan tak sedikit yang benar-benar menghindari salaman. Namun seiring melandainya Covid-19,

Pemerhati Kesehatan Masyarakat yang alumnus Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Zahrul Azhar Asumta M.Kes alias Gus Hans mengajak untuk menghidupkan kembali tradisi salaman.

Baca juga: Gus Hans: PBNU Elitis, Konflik Tak Berdampak Signifikan ke Warga NU!

"Melihat data dan yang terjadi di lapangan, varian Omicron cenderung lebih jinak dibanding dengan varian Delta yang sudah lewat masa puncaknya," katanya di Surabaya, Minggu (6/3/2022).

Begitu pula jika dilihat dari data tingkat Bed Occupancy Rate (BOR) yang rendah dan Length of Stay (LOS) yang pendek di rumah sakit, menujukan bahwa masyarakat sebenarnya sudah bisa menghadapinya dengan pelonggaran protokol kesehatan (prokes) yang selama ini diterapkan.

Terkait menurunnya mortality yang signifikan, Gus Hans yang juga ketua Gerakan Nasional Anti Narkoba Majelis Ulama Indonesia (GNAN MUI) Jatim berpandangan ada beberapa faktor.

Di antaranya keberhasilan capaian herd immunity melalui vaksin, tingkat kepanikan yang menurun, serta terbentuknya good habit yakni sudah terbiasa mencuci tangan ketika akan dan sebelum melakukan sesuatu.

Baca juga: Konflik PBNU, Gus Hans: Kebiasaan Buruk Ganti Pimpinan di Tengah Jalan!

"Maka sudah waktunya kita move on dan kembali kepada tradisi mulia kita untuk kembali saling bersalaman, terutama di saat bada (sesudah) jamaah shalat di masjid atau bertemu di tempat umum dan jangan lupa selalu memegang hand sanitizer," ucapnya.

Gus Hans juga berharap, pemerintah dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan Covid-19 murni berdasarkan pertimbangan kesehatan tanpa dimasuki kepentingan yang lain apalagi politik.

"Tak jarang hal-hal yang sifatnya teknis non medis dapat memengaruhi keputusan medis, misal jarak antara vaksin satu dan dua serta jarak untuk booster satu berubah-ubah karena faktor non medis," tuntasnya.{*}

Baca juga: Gernas Ayo Mondok Terbitkan Buku Pesantren Sehat, Diluncurkan Menkes Awal 2026

» Baca berita terkait Gus Hans. Baca juga tulisan terukur lainnya Roy Hasibuan.


Berita Terbaru

Berita Populer