Surabaya Pecahkan Rekor MURI Penyuluhan TBC Terbanyak se-Indonesia

Reporter : Andriansyah  |   Kamis, 18 Sep 2025 22:59 WIB
PENYULUHAN TBC TERBANYAK: Eri Cahyadi menerima piagam dan medali dari MURI. | Foto: Humas Pemkot Surabaya.

SURABAYA | Barometer Jatim – Komitmen Pemkot Surabaya dalam mewujudkan eliminasi tuberkulosis (TBC) pada 2030 kembali mendapat pengakuan nasional.

Lewat penyuluhan bertajuk "Merdeka TBC", Kota Surabaya berhasil mencatatkan rekor di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai penyuluhan dengan partisipasi Balai RW terbanyak.

Baca juga: Jalan Baru Diaspal Jadi Arena Balap Liar, Eri Cahyadi Tak Diam: Tindak Tegas!

Tercatat 1.361 RW se-Surabaya ikut terlibat dengan pusat kegiatan di Balai RW 3 Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan, sementara RW lain mengikuti secara daring pada Kamis (28/8/2025).

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi menegaskan penanganan TBC tidak bisa hanya dilakukan pemerintah, melainkan memerlukan kolaborasi masyarakat.

Karena itu, Pemkot melibatkan RT, RW, hingga Kader Surabaya Hebat (KSH) untuk memantau setiap rumah, melakukan sosialisasi, serta memastikan penderita TBC menjalani pengobatan hingga tuntas.

"Maka dari itu, kami membentuk Kampung Pancasila dengan melibatkan RT, RW hingga KSH supaya bisa memantau setiap rumah dan bergerak bersama melakukan sosialisasi dan pencegahan TBC,” ujarnya.

Gotong Royong Warga

Eri menilai, capaian rekor MURI ini adalah bukti nyata bahwa pembangunan Surabaya bukan hasil kerja individu, melainkan gotong royong warga.

“Rekor MURI ini menunjukkan bahwa Kota Surabaya tidak dibangun oleh satu orang, tetapi Surabaya bergerak maju bersama seluruh warganya. Surabaya dimiliki oleh warganya karena yang melakukan sosialisasi adalah dari warga untuk warga,” katanya.

Eri berpesan agar masyarakat tidak menghakimi penderita TBC, melainkan memberikan dukungan. “Jika ada yang batuk, sarankan pakai masker dan periksa ke Puskesmas," pesannya.

TINJAU PENYULUHAN: Wali Kota Eri Cahyadi meninjau penyuluhan

Dia mengaku optimistis Surabaya mampu menekan angka TBC dan mencapai target eliminasi pada tahun 2030.

"Dengan sinergi dan empati, kami optimis dapat menekan angka TBC dan mencapai target eliminasi pada tahun 2030,” ujar Wali Kota Surabaya dua periode tersebut.

Sementara itu Senior Manager MURI, Andre Purwandono menjelaskan rekor ini diberikan atas dasar jumlah lokasi penyuluhan terbanyak di tingkat RW yang belum pernah tercatat sebelumnya di Indonesia.

Baca juga: Penuhi Hak Dasar Pendidikan, Pemkot Surabaya Berikan Beasiswa Prasekolah

“Jadi ini merupakan salah satu kegiatan yang masuk ke dalam kategori MURI yaitu bersifat superlatif segala sesuatu yang dapat dihitung. Yang menjadi penilaian dari MURI ini adalah banyaknya RW yang melakukan penyuluhan TBC dan baru pertama kali di Indonesia,” ujarnya.

Libatkan 27 Ribu Kader

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya, Nanik Sukristina menambahkan, kegiatan ini melibatkan 27 ribu kader kesehatan yang tersebar di seluruh wilayah, dengan masing-masing kader bertanggung jawab atas 20 rumah.

Menurutnya, partisipasi aktif ini sejalan dengan konsep Kampung Pancasila yang menumbuhkan rasa cinta dan tanggung jawab warga terhadap lingkungannya.

"Kegiatan ini bertujuan untuk menyebarkan informasi pencegahan, deteksi dini, dan pengobatan TBC, serta menghilangkan stigma negatif terhadap penderita. Kami ingin memastikan TBC tidak lagi menjadi penyakit yang menakutkan,” tegas Nanik.

Dia juga memaparkan sejumlah langkah strategis penanganan TBC yang sudah berjalan. Di antaranya edukasi masif, skrining aktif maupun pasif, hingga kolaborasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Selain itu, Pemkot juga memberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa susu untuk pasien TBC, pendampingan selama pengobatan, serta memperkuat regulasi lewat Rencana Aksi Daerah (RAD) TBC dan Perwali Nomor 117 Tahun 2024," jelasnya.

Baca juga: Adi Sutarwijono Gencar Blusukan, Tinjau Rutilahu dan Beri Bantuan Kursi Roda

Berdasarkan data Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) per 22 Agustus 2025, jumlah kasus TBC di Surabaya sejak Januari hingga Agustus mencapai 6.740 kasus, atau sekitar 41,87Úri estimasi 16.098 kasus.

Meski prevalensinya masih terkendali, Nanik mengakui ada sejumlah tantangan, mulai dari mobilitas penduduk yang tinggi hingga stigma negatif di masyarakat.

Faktor lain yang menjadi hambatan adalah rendahnya kepatuhan pasien dalam pengobatan, penolakan pengobatan pencegahan oleh kontak erat, serta kendala sosial-ekonomi yang mempengaruhi kesembuhan pasien.

“Kami berharap dengan sosialisasi yang masif dapat menekan tantangan atau hambatan dalam pengobatan TBC pada masyarakat, sehingga target eliminasi pada 2030 dapat terwujud,” ucap Nanik. {adv}

| Baca berita Pemkot Surabaya. Baca tulisan terukur Andriansyah | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur


Berita Terbaru

Berita Populer