Harley Fatahillah, Bocah 13 Tahun Inisiator Gerakan Konservasi Mangrove Warrior

Reporter : Andriansyah  |   Minggu, 07 Des 2025 14:06 WIB
MANGROVE WARRIOR: Harley Fatahillah, inisiator gerakan konservasi bernama Mangrove Warrior. | Foto: IST

SURABAYA | Barometer Jatim – Kenali Harley Fatahillah Yodhaloka Sunoto. Di tengah maraknya penebangan hutan dan hilangnya kawasan mangrove di berbagai wilayah Indonesia, pelajar SMP di Surabaya ini memunculkan kisah berbeda dari Kota Pahlawan.

Finalis Pangeran Lingkungan Hidup Tunas Hijau 2025 tersebut, memilih menanam ribuan mangrove sebagai bentuk perlindungan pesisir dan masa depan bumi.

Baca juga: Bantuan ke Sumatra, Pemkot Surabaya Imbau Pakaian Bayi dalam Kondisi Baru!

Di usia 13 tahun, Harley telah membudidayakan lebih dari 18.200 mangrove dan menjadi inisiator gerakan konservasi bernama Mangrove Warrior

Gerakan ini melibatkan dua komunitas utama, yakni komunitas lokal dengan petani tambak Wonorejo dan komunitas sekolah di SMP Negeri 1 Surabaya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, Dedik Irianto mengapresiasi langkah konkret Harley bersama SMPN 1 Surabaya dan seluruh pihak dalam gerakan peduli pesisir melalui budidaya mangrove.

"Adik Harley dan SMPN 1 ini luar biasa bisa membudidayakan mangrove. Di saat isu lingkungan terkait perubahan iklim ini ramai dibicarakan, tapi hanya kerusakan alam dan bencananya saja yang terekspos,” kata Dedik, Minggu (7/12/2025).

“Mereka tidak pernah melihat masih ada warga yang peduli lingkungan dan aktif melakukan mitigasi serta adaptasi terhadap perubahan iklim," sambungnya.

Tanam 18 Ribu Mangrove

Dedik menuturkan, keberhasilan Harley menunjukkan bahwa inisiatif dari anak muda dapat memberikan dampak yang signifikan. 

Menurutnya, jika seorang pelajar saja mampu menanam lebih dari 18 ribu mangrove dan membentuk gerakan peduli pesisir, maka potensi efek positif akan jauh lebih besar jika gerakan serupa diikuti oleh teman-temannya.

"Bayangkan jika efek gerakan ini dicontoh dan ditiru teman-temannya. Bukan hanya semangatnya, tetapi juga inisiasi-inisiasi yang digagasnya merupakan implementasi pemikiran untuk melindungi bumi ini," tuturnya.

Selain itu, Dedik menilai, semangat dan berbagai inisiatif yang muncul dari gerakan Mangrove Warrior tersebut merupakan contoh konkret sebagai upaya melindungi bumi dari kerusakan lingkungan. 

TANAM MANGROVE: Harley Fatahillah, tanam mangrove bersama komunitas lokal dan sekolahnya. | Foto: IST

"Tentunya hal tersebut berkat dukungan orang tua dan guru sebagai pendidik di sekolah. Tetap semangat buat adik Harley untuk menjaga bumi menjadi lestari," katanya.

Sementara itu Harley mengaku menyaksikan banyak berita mengenai penebangan liar dan kerusakan pesisir di Indonesia. 

Dari situlah dia memahami, bahwa mangrove merupakan benteng alam yang sangat penting. Mangrove mampu meredam gelombang besar, menahan abrasi, mengurangi risiko banjir, dan menjadi pelindung alami jika terjadi tsunami.

"Saya ingin Surabaya tetap aman. Mangrove bisa melindungi kita. Selama saya bisa menanam, saya akan terus menanam,” ujarnya.

Baca juga: Jalan Baru Diaspal Jadi Arena Balap Liar, Eri Cahyadi Tak Diam: Tindak Tegas!

Karena itu, Harley menginisiasi SMPN 1 Surabaya sebagai sekolah pertama yang mengembangkan program pembudidayaan mangrove di Indonesia. 

Di sekolah, siswa belajar mengenali jenis mangrove, melakukan pembibitan, dan menjalankan praktik konservasi langsung dengan melakukan penanaman di pesisir.

Program ini menarik perhatian internasional. Siswa dari Korea Selatan datang dan belajar di SMPN 1 Surabaya, berdiskusi mengenai pengelolaan ekosistem mangrove di Kota Surabaya.

Gerakan Mangrove Warrior semakin kuat melalui kerja sama dengan Wahana Visi Indonesia, organisasi nasional yang fokus pada konservasi mangrove dan perlindungan anak. 

BUDIDAYA MANGROVE: Harley Fatahillah, budidayakan lebih dari 18.200 mangrove. | Foto: IST

"Kolaborasi ini telah merambah penanaman di tiga lokasi, yaitu Gunung Anyar, Wonorejo, dan Keputih," tutur Harley.

Gerakan ini telah mengembangkan enam jenis mangrove, yakni rhizophora mucronata, rhizophora stylosa, sonneratia caseolaris, bruguiera gymnorhiza, bruguiera cylindrica, dan ceriop.

Enam jenis ini dipilih berdasarkan kesesuaian struktur tanah dan tingkat salinitas di kawasan pesisir Surabaya. Selain itu, gerakan ini memiliki empat kampung mitra yang berperan sebagai lokasi pembelajaran, pembibitan, dan laboratorium ekologi komunitas.

Baca juga: Penuhi Hak Dasar Pendidikan, Pemkot Surabaya Berikan Beasiswa Prasekolah

Selain kegiatan pembibitan dan penanaman, Harley mengembangkan produk olahan mangrove menjadi enam jenis produk sebagai model ekonomi kreatif berbasis konservasi, bekerja sama dengan Lulut Sri Yuliani, pegiat mangrove peraih Kalpataru. 

"Produk tersebut mencakup sirup, kecap, sampo, kondisioner, vitamin rambut, serta pewarna batik," ungkapnya.

Inovasi ini memperkenalkan gagasan bahwa mangrove tidak hanya berfungsi sebagai penyangga ekologis pesisir, tetapi juga dapat dikembangkan sebagai sumber ekonomi kreatif yang selaras dengan prinsip keberlanjutan.

Dengan dukungan komunitas lokal, sekolah, dan Wahana Visi Indonesia, Harley menargetkan penanaman 25.000 mangrove hingga akhir Desember 2025 dan 40.000 mangrove hingga pertengahan 2026. 

"Target ini sebagai bagian dari komitmen untuk menjaga pesisir Surabaya agar tetap kuat menghadapi banjir, abrasi, dan ancaman tsunami," katanya.

Harley ingin terus mengabdikan hidupnya di program Pangeran Putri Lingkungan Hidup Tunas Hijau yang diprakarsai Zamroni, serta menanam hingga ratusan ribu mangrove demi menjaga bumi tetap lestari dan menghijaukan generasi mendatang.{*}

| Baca berita Mangrove. Baca tulisan terukur Andriansyah | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur


Berita Terbaru

Berita Populer