Potret Kemiskinan di Surabaya: Hingga Maret 2023 Tersisa 136,37 Ribu!

| -
Potret Kemiskinan di Surabaya: Hingga Maret 2023 Tersisa 136,37 Ribu!
TURUN; Jumlah penduduk miskin di Surabaya terus menurun dalam tiga tahun terakhir. | Sumber: BPS Surabaya

SURABAYA | Barometer Jatim – Beragam inovasi dan terobosan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi dalam beberapa tahun terakhir ini, terutama di 2023, berdampak positif bagi warga. Terbukti, angka kemiskinan dan kemiskinan ekstrem serta Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terus menurun.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Surabaya, Febrina Kusumawati menjelaskan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan Surabaya terus menurun dalam tiga tahun terakhir.

Dari 5,23% atau sekitar 152,49 ribu jiwa pada 2021, kemudian di 2022 turun menjadi 4,72% atau sekitar 138,21 ribu jiwa, dan di 2023 turun lagi menjadi 4,65% atau sekitar 136,37 ribu jiwa.

| Baca juga:

Sedangkan angka kemiskinan ekstrem Surabaya pada 2021 berada di angka 1,2% atau sekitar 35 ribuan pada 2021, kemudian pada 2022 angkanya turun menjadi 0,8% atau sekitar 23 ribuan.

“Jadi data kemiskinan ekstrem yang kita terima terakhir sampai 2022, dan mulai 2021-2022 angka kemiskinan ekstrem sudah ada penurunan sekitar 0,4 persen. Data ini insyallah terus turun hingga akhir 2023 ini,” kata Febrina di ruang kerjanya, Kamis (28/12/2023).

Menurut Febri, penurunan angka kemiskinan dan kemiskinan ekstrem serta TPT tak lepas dari berbagai terobosan Eri selama beberapa tahun terakhir ini. Salah satu yang terus digencarkan yakni program padat karya yang terdiri dari 23 jenis usaha dengan range pendapatan Rp 2-10 juta perorang.

 Selain itu, ada pula job fair yang menghubungkan langsung pencari kerja dengan perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja. Pemkot juga membuat aplikasi e-Peken untuk mengembangkan dan memberdayakan toko kelontong, pun Senntra Wisata Kuliner (SWK) yang terus dikembangkan.

| Baca juga:

“Bahkan, saat ini semua Perangkat Daerah (PD) di lingkungan Pemkot Surabaya diberikan tanggung jawab yang sama untuk bersama-sama mengentas kemiskinan,” katanya.

Lantaran sudah banyak yang bekerja, kata Febri, TPT di Surabaya pun ikut turun. Berdasarkan data BPS Surabaya, TPT Surabaya saat pandemi Covid-19 pada 2020 berada di angka 9,79%.

Kemudian pada 2021 angka TPT menjadi 9,68% dan pada 2022 turun menjadi 7,62%, hingga akhirnya di 2023 turun lagi menjadi 6,76%. “Jadi pada 2022-2023 TPT turun 0,9%,” tegasnya.

Berbuah Insentif Fiskal

TURUN KE WARGA: Eri Cahyadi meninjau salah satu rumah warganya. | Foto: Barometerjatim.com/HPS

Sementara itu Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengatakan penurunan angka kemiskinan, kemiskinan ekstrem, dan TPT tersebut menunjukkan bahwa APBD yang ditetapkan bersama DPRD Surabaya berhasil. “Ini menjadi semangat kita untuk terus berinovasi ke depannya,” katanya.

Eri juga menyadari, bahwa Pemkot tidak bisa sendirian dalam mengurangi kemiskinan dan pengangguran di Surabaya. Karena itu, semangat warga juga harus ikut dan mau untuk mengubah nasibnya melalui usaha.

| Baca juga:

“Dengan cara ini, insyaallah warga tidak hanya mengandalkan bantuan semata, karena mereka sudah bisa berusaha dan sudah mendapatkan penghasilan sendiri,” tegasnya.

Dia juga menegaskan, berkat keberhasilannya dalam menurunkan angka kemiskinan ekstrem, Pemkot Surabaya berhasil menerima dana insentif fiskal dari pemerintah pusat.

Alhamdulillah kita dapat insentif fiskal sebesar Rp 6,4 miliar kategori kinerja penghapusan kemiskinan ekstrem,” ucapnya.{*}

| Baca berita Kemiskinan. Baca tulisan terukur Rofiq Kurdi | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.