Kualitas Belum Terpenuhi, Hanya 40 Hotel di Surabaya yang Gunakan Produk UMKM

-
Kualitas Belum Terpenuhi, Hanya 40 Hotel di Surabaya yang Gunakan Produk UMKM
EVALUASI: Eri Cahyadi rakor dengan pengelola-pengusaha hotel terkait penggunaan produk UMKM. | Foto: Barometerjatim.com/IST SURABAYA, Barometerjatim.com Ratusan hotel meneken Memorandum of Understanding (MoU) dengan Pemkot Surabaya, terkait penggunaan produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta pemberdayaan masyarakat setempat. Namun hingga kini belum berjalan maksimal, apa yang menjadi kendala? Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi menuturkan, dari hasil evaluasi yang dilakukan memang masih ada sejumlah kekurangan terhadap kerja sama tersebut. Dia mengakui, kekurangan itu salah satunya ada di pihak Pemkot karena belum bisa memenuhi pesanan yang sesuai dengan kriteria pengelola hotel. Hal itu disampaikan Eri usai melakukan kegiatan evaluasi terhadap MoU tersebut di lantai 6 Graha Sawunggaling 6 Gedung Pemkot Surabaya, Jumat (25/11/2022). "Ada MoU dari hotel yang sudah lama tapi tidak berjalan. Sebenarnya saya tahu kalau kelemahannya ada di pemkot. Teman-teman hotel itu langsung WA (kontak) ke saya untuk menyampaikan bahwa mereka sudah ada contoh handuk, slipper, tapi sampai sekarang belum kembali," bebernya. Meski demikian, lanjut Eri, kerja sama dengan sejumlah hotel di Kota Pahlawan ini ada yang sudah berjalan karena setiap hotel memiliki kebutuhan dengan kualitas barang yang berbeda-beda. "Memang sekarang sudah ada yang jalan, karena kan di setiap hotel pasti akan berbeda, tergantung kualitas dan kelasnya barang," tandasnya. Karena itu, Eri meminta jajarannya mengumpulkan seluruh pengelola atau pemilik hotel yang sebelumnya sudah menjalin MoU dengan Pemkot. Melalui pertemuan itu, diharapkan dapat diketahui langsung apa saja yang menjadi kendala. "Sehingga tadi kenapa saya kumpulkan, di situlah saya memancing mereka (pengelola hotel) untuk berani bicara. Memang ada sisi pemerintah kota yang lambat untuk berjalan, ada satu sisi juga yang memang belum memenuhi dari teman-teman hotel," sebutnya. Nah, dari hasil evaluasi, Eri mengungkap progresnya mencapai sekitar 40%. Sedangkan 60% sisanya belum dapat berjalan karena sejumlah kendala. "Yang belum 60% kenapa belum? Tadi ada (hotel) yang kasih bahan, bahannya tidak kunjung dipenuhi Pemkot, akhirnya tidak jalan. Ada juga yang dia (hotel) sudah pesan dengan kualitas sekian, kita belum bisa memenuhi," ujarnya. Karena itu, Eri meminta jajarannya agar ke depan dapat dibentuk perwakilan pada setiap hotel. Perwakilan tersebut berasal dari pemilik atau pengelola yang dapat mengambil keputusan bersama dengan Pemkot dan asosiasi atau organisasi perhotelan. Dengan demikian, diharapkan ke depannya para pelaku UMKM di Surabaya dapat memenuhi kebutuhan serta kualitas barang yang diinginkan pihak pengelola atau pemilik hotel. Buka Investasi Seluasnya Eri juga kembali mengingatkan, bahwa pihaknya sudah berkomitmen untuk mempermudah seluruh investasi di Kota Pahlawan. Namun demikian, dia berharap investasi yang dibangun seperti bidang perhotelan dapat berdampak positif bagi masyarakat yang tinggal di sekitar. "Investasi dan kemudahan akan saya buka sebesar-besarnya di Surabaya. Namun tempat investasi yang dibangun di Surabaya ini juga saya harapkan bisa memberikan manfaat bagi warga Surabaya," kata Eri. "Sehingga, masyarakat ini akan merasakan betul investasi di Kota Surabaya yang akan memengaruhi kehidupan mereka dan ekonomi bergerak," sambungnya. Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Surabaya, Wiwiek Widayati menyampaikan ada 107 hotel yang menjalin Nota Kesepakatan Bersama (NKB) dengan Pemkot. Dari jumlah tersebut, sekitar 40,78% di antaranya telah bekerja sama dalam penyediaan slipper. "Sedangkan sisanya, masih dalam tahap negosiasi proses pemesanan atau tidak melakukan pemesanan," kata Wiwiek. Selain slipper, Wiwiek juga menyebutkan sekitar 16,50% sudah terjalin kerja sama dalam penyediaan batik. Produksi batik UMKM Surabaya ini digunakan untuk seragam para karyawan dan karyawati hotel, sedangkan sisanya masih dalam proses negosiasi dan pemilihan batik. "Ada juga 0,97% itu penyediaan laundry bag. Sisanya tidak menyediakan laundry bag karena hotel tidak menyediakan service laundry. Berikutnya juga ada 3,88 persen penyediaan bahan makanan, terutama hasil produk-produk pertanian," pungkasnya. » Baca berita terkait UMKM. Baca juga tulisan terukur lainnya Moch Andriansyah.
Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.