Surabaya Terima DBHCT Rp 15 Miliar, Dipakai untuk Apa Saja? Nih Penjelasan Eri Cahyadi!

SURABAYA | Barometer Jatim – Tahun ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menerima Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT) sekitar Rp 15 miliar dari pemerintah pusat. Dipakai untuk apa saja?
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi menjelaskan, dana itu beberapa di antaranya diwujudkan dalam Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk 3.745 buruh pabrik rokok dan warga miskin yang tidak menerima bantuan dari pemerintah pusat. Anggaran BLT ini berasal dari DBHCT.
"Jadi kita kembalikan lagi ke masyarakat. Karena kan tidak semua (warga miskin) dicover (bantuan) oleh Kementerian Sosial (Kemensos). Sehingga yang tidak tercover oleh Kemensos itu kita cover dari DBHCT," katanya saat penyaluran BLT yang dilaksanakan serentak di sembilan pabrik rokok dan dipusatkan di PT HM Sampoerna Tbk, Jalan Raya Kalirungkut Kav 9-11 Kota Surabaya, Senin (2/10/2023).
Selain untuk buruh pabrik rokok, terang Eri, DBHCT ada yang digunakan membantu masyarakat melalui pemberian sarana atau modal usaha.
| Baca juga:
- BLT di Surabaya Disalurkan hingga Malam, Eri Cahyadi Protes Kantor Pos: Kasihan Warga Saya!
- Eri Cahyadi Ingatkan Sanksi bagi Caleg yang Masih Terima APBD Surabaya: Bisa Perdata, Bisa Pidana!
- Pemkot Surabaya Putar Otak Atasi Antrean Panjang Penghuni Rusunawa: Awal 2024 Bangun Rusunami!
"Ada yang kita gunakan BLT, ada yang kita gunakan untuk modal usaha. Sebenarnya kan bantuan dari Kemensos itu bentuknya bisa BLT, PKH (Program Keluarga Harapan), modal usaha dan alat. Jadi sama kita juga bentuk bantuannya seperti itu," ujarnya.
Menurut Eri, pemberian bantuan sarana usaha itu diberikan, sebagaimana prinsip dan komitmen Pemkot Surabaya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena itu, DBHCT tidak hanya diberikan Pemkot kepada masyarakat melalui BLT tapi juga sarana usaha.
"Karena kami pemerintah kota berprinsip dari dulu, tidak semuanya menerima BLT saja. Tapi bagaimana mereka bisa berusaha meningkatkan kehidupan warga itu apakah dengan modal usaha atau bantuan seperti mesin jahit dan lain-lain," jelasnya.
BLT DBHCT Naik Jadi Rp 1 Juta
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, Anna Fajriatin menyampaikan, selain warga miskin, sasaran penerima bantuan dari DBHCT adalah buruh pabrik rokok. Intinya, bantuan DBHCT difokuskan Pemkot untuk mengentas kemiskinan.
"Selain untuk buruh pabrik rokok, juga diberikan kepada masyarakat miskin. Bentuk bantuan bisa berupa BLT, bisa berupa peralatan atau modal usaha, sesuai Permenkeu (Peraturan Menteri Keuangan) ada dua jenis," katanya.
Rencananya penyaluran BLT DBHCT kepada warga miskin dilaksanakan Eri pada Kamis, 5 Oktober 2023. "Selain itu, Pak Wali Kota juga akan memberikan peralatan sarana usaha kepada warga yang masuk taging (pendataan) padat karya," katanya.
Anna menambahkan, ada 15 ribu warga miskin penerima bantuan berupa BLT DBHCT. Dari jumlah tersebut, 3.745 orang di antaranya merupakan warga Surabaya yang bekerja sebagai buruh pabrik rokok di Kota Pahlawan.
| Baca juga:
- Aroma Tak Beres Proyek Gedung ICU RSUD Ngudi Blitar, DPRD Murka: Dokumen Kontrak Tak Diberikan Berarti Perang!
- 3 Hari Digembleng Megawati, Kader Banteng Surabaya Makin Terlecut Hebat Menangkan Ganjar!
- Punya Sejarah Menang di Jakarta, Anies Tak Risau Surveinya Abadi di Posisi Buncit: Angka Bisa Gonta-ganti!
"Untuk pabrik rokok tahun 2023 ini yang menerima 3.745 orang, sedangkan tahun lalu sekitar 2.000 orang. Jadi naik, baik dari segi jumlah maupun segi nominalnya," paparnya.
Anna menandaskan, pada 2022 nominal BLT DBHCT yang diberikan Pemkot sebesar Rp 900 ribu. Nominal BLT tersebut naik menjadi Rp 1 juta pada 2023 yang akan diberikan secara bertahap dalam kurun waktu lima bulan, mulai Agustus hingga Desember 2023.
"Untuk tahap pertama disalurkan dua bulan, yakni Agustus-September 2023, dengan setiap bulannya Rp 200 ribu. Penyaluran tahap pertama dilakukan serentak selama dua hari di sembilan titik pabrik rokok," jelasnya.{*}
| Baca berita Pemkot Surabaya. Baca tulisan terukur Andriansyah | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur