FKP Bicara soal Aksi di Surabaya: Bukan Lagi Demo, Tapi Merusak!

Reporter : -
FKP Bicara soal Aksi di Surabaya: Bukan Lagi Demo, Tapi Merusak!
MERUSAK: Massa demo merusak dan membakar fasilitas umum di Surabaya. | Foto: Barometerjatim.com/HPS

SURABAYA | Barometer Jatim – Ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Surabaya, Hosli Abdullah menekankan pentingnya menjaga suasana kondusif di Kota Pahlawan setelah hari-hari ini dibikin mencekam aksi demonstrasi yang brutal.

Menurutnya, FPK yang terdiri dari 27 suku dan dua etnis termasuk di antaranya suku Bali, Minang, Batak, dan Ambon memiliki peran penting dalam menjaga persatuan dan menolak tindakan yang merusak.

“Kami mengimbau kepada seluruh warga Kota Surabaya agar tetap menjaga lingkungan sekitar, dan menjaga putra-putri supaya tidak mengikuti demo yang berpotensi menimbulkan kerusuhan,” ujarnya, Minggu (31/8/2025).

Dia khawatir, aksi demonstrasi yang diikuti pelajar dan mahasiswa bisa disusupi oknum yang bertujuan merusak, menjarah, dan mengganggu aktivitas sosial warga seperti bekerja dan sekolah.

"Ini harus dijaga agar tidak terjadi kegaduhan di Kota Surabaya, yang arahnya bukan lagi demo tapi merusak dan mengambil yang bukan haknya,” tegasnya.

Hidupkan PAM Swakarsa

Hal senada disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Surabaya, M Fikser. Dia turut mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan masing-masing.

“Kami mengajak seluruh warga untuk saling peduli dan menjaga kampungnya masing-masing. Ini adalah Kota Pahlawan, kota yang penuh dengan semangat gotong royong dan kekeluargaan. Mari kita tolak semua kegiatan yang bersifat anarkis, premanisme, dan pelanggaran hukum,” ujarnya.

JAGA SURABAYA: FKP Surabaya ajak jaga suasana kondusif di Kota Pahlawan. | Foto: Barometerjatim.com/HPSJAGA SURABAYA: FKP Surabaya ajak jaga suasana kondusif di Kota Pahlawan. | Foto: Barometerjatim.com/HPS

Fikser menekankan pentingnya Pengamanan Swakarsa (PAM Swakarsa) yang berbasis lingkungan sebagai garda terdepan menjaga keamanan kampung. Dia mendorong pengurus RT/RW serta para pemuda dan tokoh masyarakat setempat untuk berperan aktif menggalang solidaritas warga.

"Setiap kampung harus menjadi benteng pertama menjaga kondusivitas. PAM Swakarsa perlu diperkuat agar keamanan tidak hanya bergantung pada aparat, tetapi juga tumbuh dari kepedulian warga itu sendiri,” tegasnya.

Selain itu, Fikser menggarisbawahi pentingnya peran keluarga, khususnya orang tua dalam mengawasi anak-anak mereka, terutama yang masih duduk di bangku SMA dan SMK.

"Orang tua harus memastikan anak-anak tidak terjerumus dalam kegiatan yang tidak bermanfaat atau bahkan merugikan. Kepedulian orang tua adalah kunci untuk mencegah generasi muda ikut-ikutan dalam aksi yang dapat menimbulkan keresahan,” ujarnya.

Fikser juga mengajak seluruh Organisasi Masyarakat (Ormas), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), komunitas, hingga Ormas keagamaan dan budaya di Surabaya untuk bersama-sama menjaga kondusivitas kota.

Menurutnya, Surabaya adalah rumah bersama yang harus dijaga tanpa memandang asal-usul, agama, bahasa, atau status sosial.

"Semangat kebhinekaan adalah kekuatan utama kita untuk membangun Surabaya yang maju, humanis, dan berkeadilan. Mari kita teguhkan komitmen untuk menolak diskriminasi, intoleransi, maupun kekerasan berbasis identitas,” tuturnya.

Dia menegaskan pentingnya memperkuat dialog, kolaborasi, dan gotong royong seluruh elemen masyarakat untuk mencegah potensi perpecahan.

Selain itu, mendorong peran aktif tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi, dunia usaha, hingga generasi muda dalam memperkuat budaya toleransi.

"Surabaya harus tetap menjadi ruang hidup yang aman, nyaman, sejahtera, dan ramah bagi semua. Inilah rumah kita bersama, rumah yang membanggakan, dan harus terus kita jaga bersama,” ucapnya.{*}

| Baca berita Demo. Baca tulisan terukur Andriansyah | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.