Gedung Grahadi Jadi Sasaran Pembakaran Massa Pendemo, Ini Kata Gus Hans!

Reporter : -
Gedung Grahadi Jadi Sasaran Pembakaran Massa Pendemo, Ini Kata Gus Hans!
DIBAKAR DAN DIJARAH: Gedung Negara Grahadi dibakar dan isinya dijarah massa pendemo. | Foto: Barometerjatim.com/BKT

SURABAYA | Barometer Jatim – Siapa sangka. Gedung Negara Grahadi, rumah dinas Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa sekaligus tempat untuk menerima tamu-tamu negara dan kehormatan, menjadi sasaran pembakaran massa pendemo, Sabtu (30/8/2025).

Ruang kerja Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak ikut ludes dilalap api. Sebelum dibakar, isi ruangan terlebih dahulu dijarah. Mulai dari karpet, komputer, AC, serta inventaris lainnya.

Mengapa Grahadi yang merupakan Istana Jatim menjadi sasaran pembakaran? Tokoh Muda Nahdlatul Ulama (NU) KH Zahrul Azhar Asumta menilai, motivasi massa adalah rusuh maka mereka mencari titik secara politik yang paling lemah di antara yang ada.

“Bisa jadi mereka melihat, bahwa saat ini titik lemah dan persepsi publik yang rendah itu ada di Gedung Grahadi. Sehingga, lebih mudah untuk bisa mengajak orang lain menjalankan aksi ini,” katanya, Senin (1/9/2025).

Saatnya Muhasabah

Selebihnya, Gus Hans yang juga Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Queen Al Azhar Darul Ulum Jombang prihatin dengan aksi demonstrasi yang menjurus anarkis tersebut.

“Saya sudah 10 hari tidak di Indonesia, dan saya sangat prihatin dengan situasi yang ada sekarang ini. Memang ini saatnya kita bermuhasabah, kita tidak boleh saling menyalahkan dan ini masalahnya kompleks,” katanya.

Dia memandang, pasti ada sesuatu sehingga aksi demonstrasi bisa terjadi secara masif dan sistematis. Serentak dengan pola yang hampir sama, yaitu pembakaran.

“Maka saya mengimbau kepada masyarakat tetap waspada, jangan sampai ada yang menunggangi dari ketulusan teman-teman untuk memperbaiki bangsa ini,” katanya.

Sekjen Gerakan Nasional Ayo Mondok itu memandang, aksi demonstrasi belakangan ini terjadi karena dua faktor.

Pertama, memang ada gerakan yang sistematis. Kedua, terpengaruh dari kewibawaan atau bagaimana pemimpin lokal menjaga marwah dalam kepemimpinannya.

"Terbukti, di Jogja tidak terjadi huru-hara seperti halnya yang terjadi di daerah lain. Ada sedikit pembakaran hanya di kantor Polda saja dan itu bisa segera diredam oleh Sri Sultan Hamengkubuwono," ucapnya.

Artinya, faktor ketokohan dari tokoh lokal cukup memengaruhi dalam meredam aksi-aksi yang anarkis ini. Langkah berikutnya, tidak boleh saling menyalahkan.

“Satu langkah yaitu muhasabah, kita koreksi diri sendiri baik masyarakat dan juga para pemimpin di berbagai level, apakah sudah menjalankan amanah dengan baik,” ujarnya.{*}

| Baca berita Demo. Baca tulisan terukur Rofiq Kurdi | Barometer Jatim - Terukur Bicara Jawa Timur

Simak berita terukur barometerjatim.com di Google News.